Sabtu, 22 Maret 2014. MAN PAKEM
(MAPAN MULIA)
Ada suatu yang agak berbeda di
hari itu dengan pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang berlangsung di
MAN Pakem Kabupaten Sleman. Beberapa kelas dari 15 rombongan belajar (kelas)
yang ada, terutama kelas X dan XI mendapat kunjungan istimewa dari pengawas Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kabupaten
Sleman. Sejumlah 5 orang pengawas mata pelajaran yang terdiri dari Drs. Agus
Susanto, M.Pd (rumpun IPA), Dra.Mardiningsih, M.Pd (rumpun IPS), Drs. Sukarsono
Cipto Nugroho, M.Pd (rumpun Bahasa), dan Dra. Sri Rahayu (Matematika).
Kehadiran para pengawas ini dalam rangka monitoring dan supervisi terpadu
antara Disdikpora Kabupaten Sleman dan Kementerian Agama Kabupaten Sleman (
diwakili oleh Bapak Drs. Rudi Astomo, M.Pd.I).
Monitoring dan supervisi
sebenarnya merupakan suatu hal yang jamak (lumrah) terjadi dalam dunia kerja
apapun. Tetapi, manakala kita bekerja (mengajar) dan ditunggui oleh atasan dan
kita belum terbiasa, maka akan ada hal-hal yang harus kita persiapkan. Segala
macam hal yang berkaitan dengan perangkat pembelajaran yang biasanya sering kita abaikan, dengan serta merta akan
dibenahi, bahkan sampai habis-habisan melakukannya, melembur sampai malam.
Metode pembelajaran yang biasanya pas-pasan (asal anak bisa mengerti dan memahami
materi) diganti dengan diskusi model lain yang lebih atraktif. Alhasil,
kunjungan para pengawas ini akan membuat para guru kelabakan. Apalagi adanya
peraturan yang mengharuskan semua guru mata pelajaran apapun siap sedia dengan
minimal 27 perangkat mengajarnya.
Betapapun banyaknya persiapan
yang harus dilakukan guru dalam menghadapi monitoring dan supervisi, tentunya
banyak pula hikmah yang dapat dipetik. Pertama, tentu akan ada koreksi dari pengawas
atas kegiatan pembelajaran, baik mulai dari persiapan administrasi, pelaksanaan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas, maupun evaluasi. Kedua, pengawas yang
baik dan profesional pastinya juga akan memberikan solusi semua kekurangan guru
di dalam mengajar, jadi tidak hanya sekedar menyalahkan semata. Ketiga,
kehadiran pengawas yang tidak pilih-pilih waktu ( alias kapan saja supervisi
bisa dilakukan ) akan mendorong para guru untuk melakukan persiapan mengajar
sejak dini, sekalipun tidak akan disupervisi. Keempat, meskipun dengan “amat
susah dan sedikit pemaksaan”, akhirnya guru akan mau mencoba membuat inovasi
baru dalam gaya mengajarnya. Kelima, dengan sendirinya ketika membuat perangkat
pembelajaran akan ada komunikasi antar guru yang mengampu mata pelajaran sama
maupun berbeda, sehingga terjalin kerjasama yang makin mempererat kekeluargaan
dalam sekolah/madrasah.
Akhirnya,
mari kita renungkan, sebenarnya untuk siapakah segala persiapan mengajar yang
dengan susah payah telah dibuat ? Apakah sebagai upeti untuk pengawas ? Ataukah
sekedar untuk kita mendapatkan nilai ? Hendaknya kita yakin bahwa tamu-tamu
istimewa yang berhak mendapatkan suguhan
terbaik dari persiapan mengajar bukanlah para pengawas ataupun kepala
sekolah/kepala madrasah, melainkan murid-murid yang dengan tekun menunggu kehadiran kita
setiap hari. Semoga pula kekurangan pada 27 perangkat mengajar kita senantiasa
akan tetap menjadi amal jariyah melalui anak
didik kita. Dengan begitu, maka setiap akan ada supervisi, mari kita anggap sebagi
suatu penyegaran, ajang pegasahan agar pikiran lebih tajam, kreatif dan
inovatif dalam mengantarkan anak didik mencapai kesuksesan.( JPS )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar